Berbicara mengenai Gunung Bromo, hal pertama yang terlintas adalah destinasi wisata yang menarik dengan keindahan panorama alam yang eksotis. Namun, tahukah Anda cerita sejarah di balik legenda Gunung Bromo?
Sebagai salah satu satu sastra lisan, legenda mengenai Gunung Bromo ini memiliki beberapa versi. Nah, untuk mengetahui cerita tentang asal mula Gunung Bromo, berikut ini penjelasan selengkapnya:
Legenda atau Mitos yang Beredar di Gunung Bromo
Sebelum membahas mengenai legenda Bromo, Anda harus mengetahui pengertian legenda terlebih dahulu. Legenda berasal dari kata legere yang dalam bahasa Latin memiliki makna cerita rakyat yang mengisahkan tokoh dan peristiwa di suatu tempat tertentu berdasarkan fakta historis dan mitos.
Sementara itu, legenda dalam terjemahan bahasa Inggris sering disebut dengan history yang berarti sejarah. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian legenda merujuk pada cerita rakyat yang berkaitan dengan peristiwa terjadinya suatu tempat.
1. Legenda Gunung Bromo
Nama Tengger dan Bromo
Legenda Gunung Bromo berasal dari Provinsi Jawa Timur dan berkaitan erat terjadinya Gunung Batok yang berkaitan erat dengan kepercayaan suku Tengger. Nama Tengger sendiri berasal dari kata “Teng” yang diambil dari nama akhiran Rara Anteng dan “Ger” diambil dari nama akhiran Joko Seger.
Nama Bromo diambil dari kata “Brahma” yang menurut kepercayaan umat Hindu memiliki makna Dewa Utama. Karena letaknya di Jawa, maka penduduk setempat menyebutnya dengan sebutan Bromo sesuai pelafalan dalam bahasa Jawa.
Awal Mula Legenda
Legenda Gunung Bromo singkat yaitu berawal ketika Kerajaan Majapahit diserang oleh musuh-musuhnya. Hal ini membuat penduduk pribumi yang tinggal di lingkungan kerajaan tersingkir, sehingga mereka kebingungan mencari tempat tinggal.
Hingga akhirnya mereka tercerai-berai dan terpisah ke 2 tempat yang berbeda yaitu Gunung Bromo dan Pulau Bali. Hal inilah yang mendasari adanya persamaan di kedua tempat ini yaitu mayoritas penduduknya yang memeluk agama Hindu.
Berdasarkan cerita rakyat suku Tengger yang tinggal di sekitar Bromo, mereka mempercayai adanya sejarah Gunung Bromo yang diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang. Cerita mengenai legenda Gunung Bromo ini berawal kisah istri seorang Brahmana.
Suatu hari, istri Brahmana ini melahirkan seorang putra yang diberi nama Joko Seger karena perawakannya yang segar bugar dan tangisannya yang lantang. Sementara itu, di sebuah tempat yang terletak di Gunung Pananjakan, lahir pula seorang bayi perempuan titisan dewa.
Paras bayi perempuan itu sangatlah elok. Berbeda dari bayi pada umumnya, bayi perempuan ini tidak menangis dan terlihat begitu tenang. Oleh karena itu, kedua orang tua bayi perempuan tersebut memberikan nama Rara Anteng.
Kecantikan Rara Anteng
Hari demi hari, bayi perempuan ini tumbuh menjadi seorang gadis remaja. Karena kecantikannya inilah, nama Rara Anteng menjadi masyhur sampai ke berbagai pelosok negeri. Tersiarnya kabar tentang Rara Anteng ini membuat banyak putera raja ingin melamarnya.
Dari banyaknya putera raja yang hendak melamar, semua pinangan ditolak oleh Rara Anteng karena hatinya telah terpikat pada sosok pemuda rupawan yaitu Joko Seger. Pada suatu hari, datanglah seorang bajak yang terkenal akan kesaktian dan kekuatannya hendak melamar Rara Anteng.
Bajak tersebut terkenal bengis dan jahat, sehingga membuat Rara Anteng takut untuk menolak pinangannya. Kemudian Rara Anteng merancang sebuah rencana untuk menggagalkan pinangan sang bajak, dengan mengajukan permintaan untuk dibuatkan lautan di tengah gunung dalam satu malam.
Rara Anteng berpikir bahwa dengan permintaannya yang aneh dan sulit ini, sang bajak tidak akan sanggup mengabulkannya. Sang bajak sakti tersebut menyanggupi permintaan Rara Anteng dan mulai membuat lautan saat matahari mulai terbenam.
Karena kesaktiannya, ia bisa membuat lautan di tengah gunung dengan menggunakan alat berupa batok kelapa. Melihat hal tersebut, Rara Anteng mulai gelisah dan berencana menggagalkan pekerjaan sang bajak sakti tersebut.
Usaha Rara Anteng
Singkat cerita, di tengah malam tersebut Rara Anteng mulai menumbuk padi yang membuat ayam-ayam terbangun dan berkokok. Mendengar ayam-ayam yang berkokok, sang bajak merasa kesal dan marah karena tidak berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu.
Ia kemudian melempar batok kelapa tersebut dan jatuh dalam posisi telungkup tepat di samping Gunung Bromo. Batok kelapa tersebut akhirnya berubah menjadi gunung yang sampai saat ini dikenal dengan sebutan Gunung Batok.
Rara Anteng dan Joko Seger akhirnya memutuskan menikah dan menguasai sebuah gunung berapi yang diberi nama Tengger. Karena tidak kunjung dikaruniai anak, mereka memutuskan untuk berdoa dan memohon kepada Dewa.
Doa mereka dikabulkan dengan syarat bahwa anak terakhir harus dikorbankan sebagai imbalan bagi Dewa. Singkat cerita, anak terakhir Rara Anteng dan Joko Seger yang bernama Kesuma akhirnya ditelan ke dalam kawah gunung sebagai persembahan para dewa.
Oleh karena itu, setiap tanggal 14 Kasada yaitu bulan ke-12 menurut kalender suku Tengger, masyarakat Tengger dari generasi ke generasi selalu mengadakan upacara persembahan bagi para dewa sesuai nasihat Kesuma.
2. Mitos Seputar Gunung Bromo
Mitos mengenai Gunung Bromo ini sudah dipercaya secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Bahkan tidak hanya masyarakat di sekitar Bromo saja, masyarakat di luar daerah tersebut juga mempercayainya. Berikut ini beberapa mitos-mitos seputar Gunung Bromo:
1) Pasir Hisap
Mitos pertama tentang Gunung Bromo yaitu adanya pasir hisap berbahaya yang terdapat di samping padang savana. Keindahan alam hamparan rumput savana yang hijau rupanya menyimpan misteri tersendiri, dimana Anda harus selalu waspada dan berhati-hati dengan keberadaan pasir hisap ini.
2) Pusaka Dewa
Selain pasir hisap, Gunung Bromo juga menyimpan mitos tentang adanya pusaka dewa di sekitar kawasan tersebut. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, pusaka ini merupakan peninggalan dewa-dewa pada masa Kerajaan Majapahit.
Mereka percaya bahwa pusaka milik dewa-dewa ini tersimpan rapi di dalam kawasan gunung. Hal ini juga mengingatkan bahwa setiap orang yang berkunjung ke sini harus sopan dan menjaga perilaku, serta ucapannya sebagai wujud rasa hormat terhadap keberadaan penjaga Gunung Bromo.
3) Istana Gaib
Sebagai salah satu gunung yang dianggap suci, masyarakat setempat juga mempercayai mitos tentang keberadaan istana gaib. Konon, istana tak kasat mata yang dibangun oleh Ki Bromo ini memiliki 18 tingkat.
Hingga saat ini, setiap Gunung Bromo mengalami erupsi, masyarakat Bromo akan memberikan sesajen berupa palawija. Masyarakat setempat percaya bahwa erupsi tersebut terjadi karena Ki Bromo sedang melanjutkan proses pembangunan istana gaib 18 tingkat.
4) Akar Gaib
Berdasarkan cerita orang-orang ‘pintar’, Gunung Bromo menyimpan misteri seputar akar gaib yang ditemukan di kawasan gunung ini tepatnya di kawah pasir. Mereka percaya bahwa keberadaan akar gaib ini dapat melindungi kawasan Bromo dari hal-hal buruk.
Masyarakat setempat juga mempercayai bahwa mereka yang datang ke gunung ini dengan niat buruk, maka akan dibuat tersesat oleh akar gaib ini. Meskipun terdengar tidak masuk akal, Anda tetap harus menghargai keberadaan mitos tersebut sebagai bentuk rasa hormat terhadap kearifan lokal.
Setelah memahami mengenai sejarah dan legenda Gunung Bromo, apakah Anda semakin tertarik untuk mengunjunginya? Meski banyaknya mitos yang berkembang seputar Gunung Bromo, hal ini rupanya tidak menyurutkan minat wisatawan gunung bromo untuk datang dan menikmati keindahan alamnya.